Quick Review: Tiga Dalam Kayu oleh Ziggy Z.
A masterpiece.
Sebelumnya, aku nggak yakin apakah membacanya ketika bulan Ramadhan itu salah atau enggak, karena, pertama, jelas, mual. Bikin mual (dan aku baru sadar setelah membaca dua bab kalau novel ini diberi rating usia 18+ karena alasan psikologis). Kedua, membaca kata kasar. Aku ikut ngucapin kata kasar dalam hati serupa "berengsek kancut anjing" sebanyak dua, tiga ... empat kali? Atau mungkin nggak sebanyak itu juga?
A masterpiece.
Sebelas bab pertama penuh teka-teki, buram, nggak jelas, banyak potongan yang hilang dengan sengaja, tapi kamu akan tahu kemudian, bahwa sebelas bab pertama tadi dihubungkan oleh satu benang merah; perempuan.
A masterpiece,
yang tidak semua bakal kupaham benar metaforanya, namun poin terpentingnya adalah apa yang Ziggy berusaha sampaikan pada pembacanya: pesannya. Kemarahannya. Kemuakannya. Akan apa? Ketidakadilan pada perempuan. Ketidakpedulian pada perempuan.
**
"Tidak ada orang yang benar-benar peduli pada perempuan. Kamu peduli?" tanyanya lagi.Aku berpikir lagi."Aku peduli pada anak perempuanku. Dan cucuku," kataku, pelan-pelan."Jadi kamu hanya peduli pada keluargamu, bukan perempuan."
**
Tidak. Tidak ada yang peduli. Kamu? Peduli? Sudahkah?
0 comments